Menurut Ust Abdul Qadir Hasan Baraja pimpinan dari organisasi Khilafatul Muslimin nama itu tidak penting yang penting itu isinya, maka dari itu Ust Abdul Qadir Hasan Baraja memberi nama organisasi yang ia dirikan sendiri dengan nama KHILAFATUL MUSLIMIN yang penting ada ma'mum dan ada kholifahnya serta terstruktural atau terorganisir, entah syari'at entah bukan yang penting namanya keren "KHILAFATUL MUSLIMIN"
Kita dibenarkan membuat atau memberi nama untuk anak kita (sifulan) agar dikenali sebagai identitas diri, namun kita tidak dibenarkan merubah atau mengganti nama syari'at sebagai contoh sholat diganti dengan nama "Olah raga", shaum diganti nama dengan "Menahan diri", zakat diganti dengan nama "Pajak", ibadah haji diganti nama dengan "Jalan-jalan" dst bukankah yang penting isinya ?
JAMA'AH MUSLIMIN itu syari'at nama yang syar'i sesuai apa yang Rasulullah wasiatkan lalu bagaimana jika nama syari'at JAMA'AH MUSLIMIN diganti dengan nama KHILAFATUL MUSLIMIN apakah tidak menyalahi syari'at ? Jika kita diperbolehkan merubah nama syari'at JAMA'AH MUSLIMIN, maka sayapun akan membuat Jama'ah dengan nama "KHILAFATUL MU'MININ" karna apa ? Karna yang penting~kan isinya, muslim belum tentu mu'min, mu'min sudah pasti muslim itu secara ro'yu. orang yang mengaku Islam di KTP saja belum tentu muslim karna muslim itu hanya sebutan sebagai identitas diri namun mu'min sudah pasti melaksanakan kewajiban sebagai muslim diantaranya mendirikan sholat lima waktu dsb.
Mungkin menurut Ust Abdul Qadir Hasan Baraja, beliau meng"Ibarat"kan atau mengqiaskan KHILAFATUL MUSLIMIN itu dengan sebuah durian,karna buah durian itu jika dilihat dari luar banyak durinya yang dapat melukai, kalau buah durian tidak ada durinya bukan durian namanya melainkan buah semangka, namun setelah durian dibuka ternyata isinya sangat menggoda, Maka dari itu Ust Abdul Qadir Hasan Baraja tidak mempersoalkan masalah nama karna yang penting isinya, oleh karna itu beliau membuat nama organisasinya dengan sebutan KHILAFATUL MUSLIMIN, sangat keren bukan ?
Jika menurut Ust Abdul Qadir Hasan Baraja nama itu tidak penting, lalu kenapa Allah mengajarkan nama-nama benda kepada Nabi Adam ? Allah subhanahu wata 'ala berfirman:
ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟﻰ : ﻭَﻋَﻠَّﻢَ ﺀَﺍﺩَﻡَ ﺍﻷَﺳْﻤَﺂﺀَ ﻛُﻠَّﻬَﺎ ﺛُﻢَّ ﻋَﺮَﺿَﻬُﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺃَﻧﺒِﺌُﻮﻧِﻲ ﺑِﺄَﺳْﻤَﺂﺀِ ﻫَﺆُﻵﺀِ ﺇِﻥ ﻛُﻨﺘُﻢ ﺻَﺎﺩِﻗِﻴﻦَ {31} ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﻻَ ﻋِﻠْﻢَ ﻟَﻨَﺂ ﺇِﻻَّ ﻣَﺎ ﻋَﻠَّﻤْﺘَﻨَﺎ ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻧﺖَ ﺍﻟْﻌَﻠِﻴﻢُ ﺍﻟْﺤَﻜِﻴﻢُ {32} ﻗَﺎﻝَ ﻳَﺂﺀَﺍﺩَﻡُ ﺃَﻧﺒِﺌْﻬُﻢ ﺑِﺄَﺳْﻤَﺂﺋِﻬِﻢْ ﻓَﻠَﻤَّﺂ ﺃَﻧﺒَﺄَﻫُﻢْ ﺑِﺄَﺳْﻤَﺂﺋِﻬِﻢْ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻟَﻢْ ﺃَﻗُﻞ ﻟَّﻜُﻢْ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﻏَﻴْﺐَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻷَﺭْﺽِ ﻭَﺃَﻋْﻠَﻢُ ﻣَﺎ ﺗُﺒْﺪُﻭﻥَ ﻭَﻣَﺎ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗَﻜْﺘُﻤُﻮﻥَ 33} }
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang kamu orang yang benar!", [31] Mereka menjawab:"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [32] Allah berfirman:"Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan [33]”. (Qs Al-Baqarah ayat 31-32-33)
Begitu juga dengan nama syari'at Islam, Allah sudah memberi nama terhadap semua syari'at-Nya, seperti sholat, shaum,zakat,haji, Jama'ah, imaamah, bai'at dsb agar dapat dikenali oleh umat Islam dan Allah pun sudah memberi nama syari'at wadah untuk berhimpun atau bersatu bagi hambanya yaitu AL-JAMA'AH atau JAMA'AH MUSLIMIN oleh karena itu rahmat Allah berserta Al-Jama'ah bukan bersama KHILAFATUL MUSLIMIN yang hasil rekayasa tabdil dalil atau mendalili dalil, karena "TIDAK IKLAS" menerima syari'at JAMA'AH MUSLIMIN.
Lalu bagaimana jika ibadah diluar syari'at sekalipun mengatas namakan Islam apakah tidak bertentangan dengan Rasulullah ?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺪَﺙَ ﻓِﻰ ﺃَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻣِﻨْﻪُ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﻋَﻤَﻼً ﻟَﻴْﺲَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺃَﻣْﺮُﻧَﺎ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang membicarakan dan mencela bid’ah, namun apa yang saya nukilkan dua hadits di atas sudah cukup mewakili betapa bahaya dan betapa pentingnya kita untuk waspada dari bid’ah.
Wallahu a’lam bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar